Struktur, Fungsi, dan Proses Isi Ulang dari Baterai Litium dan Ion Litium

Struktur, Fungsi, dan Proses Isi Ulang dari Baterai Litium dan Ion Litium

Kita tentu telah sering mendengar tentang baterai Litium. Di zaman modern ini, baterai litium atau baterai ion litium banyak digunakan di berbagai perangkat elektronik seperti laptop, jam tangan, kamera, dll karena ringan dan mudah untuk diisi ulang. Baterai litium tidak dapat diisi ulang tetapi baterai ion litium dapat diisi ulang. Di sini kita akan lihat, struktur, fungsi kerja, kegunaan, kelebihan & kekurangannya.

Struktur, Fungsi, dan Proses Isi Ulang dari Baterai Litium dan Ion Litium

 

Fitur baterai litium

Gaya gerak listriknya adalah 3,6 – 3,6 V.
Kapasitas relatifnya adalah 250 – 340 W / Kg
Kekuatan relatifnya adalah 0,38 – 0,95 MJ / Kg
Kekuatannya tiga kali lipat dari baterai nikel-kadmium.

Nama dan Penggunaan baterai lithium ion

Lithium cobalt oksida (LiCoO2). Digunakan di Ponsel, Laptop, Kamera
Lithium Iron Phosphate (LiFePO4) Digunakan dalam Transportasi, barang perawatan kesehatan
Lithium mangan oksida (LiMn2O4) Digunakan dalam Transportasi, barang perawatan kesehatan

Struktur baterai lithium

Seperti sel elektrokimia lainnya, baterai lithium ion memiliki tiga komponen atau komponen fungsional penting. Bahan anoda, katoda dan elektrolitik. Baterai ion litium menggunakan karbon jenuh litium (grafit) sebagai anoda. Anoda mengalami oksidasi sebagai elektroda negatif. Senyawa litium (LiCoO2, LiMn2O4, LiSO2 dll.) Digunakan sebagai katoda. Katoda adalah medan listrik positif tempat terjadinya reaksi reduksi. Garam yang ada dalam larutan organik digunakan sebagai elektrolitik dalam baterai litium. Dimetil karbonat, dietil karbonat, tionil karbonat, etilen karbonat, dll. Digunakan sebagai pelarut organik. Di antara garam yang digunakan dalam baterai litium adalah litium perklorat, litium heksa fluoro fosfat, dll.

Fungsi sel penyimpanan ion litium sedang digunakan

Nama baterai lithium ion menunjukkan bahwa ion litium melekat pada sel ini. Transfer litium-ion terjadi antara anoda dan katoda dalam sel penyimpan ion litium. Selama pengisian, ion litium dilepaskan dari oksida logam litium yang digunakan sebagai katoda, melewati elektrolisis, dan melewati layar semipermeabel untuk mengambil ruang internal, yang dikenal sebagai Interkalasi. Selama pemakaian, ion litium ditambahkan dari anoda atom litium yang diikat dalam dua lembar grafit, yaitu ion litium ditambahkan, melewati elektrolisis, melewati layar semipermeabel, masuk ke katoda dan terakumulasi tanpa muatan. Yang ditandai sebagai deIntercalation. Artinya, reaksi yang terjadi selama pemakaian adalah kebalikan dari reaksi yang terjadi selama pengisian
Pengosongan (Pemakaian)
Reaksi yang terjadi selama pemakaian
Reaksi oksidasi pada anoda (-): nLi + + ne + C → nLiC6 —– (1)Reaksi reduksi pada katoda (+): LiCoO2 → Li (1-n) CoO2 + nLi + + ne —— (2)

Reaksi sel penuh: Menambahkan (1) & (2) kita dapatkan,

LiCoO2 + C → Li (1-n) CoO2 + LinC

Pengisian (Mengisi ulang)


Reaksi yang terjadi selama pengisian ulang
Reaksi sel terjadi secara terbalik selama pengisian ulang.LinC + Li1-nCoO2 → LiCoO2 + C

Kekurangan baterai ion litium

1. Kebocoran pada baterai litium saat perangkat listrik digunakan menyebabkan perangkat listrik menjadi terlalu panas dan menyala.

2. Selama pengisian, air jatuh ke dalam elektrolisis. Ini menghalangi transportasi ion
3. Saat baterai ion litium benar-benar habis, baterai tersebut akan hancur total

4. Mahal

5. Persediaan bahan tidak tersedia
6. Kecelakaan bisa terjadi kapan saja karena elektrolisis dijaga pada tekanan tinggi
7. Ledakan akan terjadi jika dilempar ke dalam api setelah digunakan

8. Peka panas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.