Tim yang dipimpin oleh Dr Nils Wilhelm Rosemann dari Philipps-Universität Marburg Jerman, merancang senyawa mereka dari timah dan belerang, dan dengan struktur seperti diamondoid, kemudian melapisi senyawa ini dengan lapisan ligan organik.
“Senyawa [(RdelocSn) 4S6] (Rdeloc = 4- (CH2 = CH) -C6H4) diperoleh dalam bentuk bubuk amorf,” kata Dr. Rosemann dan asistenmya. Senyawa ini adalah non-volatile, stabil diudara, dan suhu termal stabil sampai 572 derajat Fahrenheit (300 derajat Celsius).
“Nanocrystals anorganik membentuk inti dari senyawa ini dan dilapisi dengan ligan organik di permukaan,” jelas mereka.
Ketika laser mengarahkan cahaya dekat-inframerah ke dalam senyawa kompleks ini, struktur senyawa mengubah panjang gelombang cahaya melalui proses interaksi non-linear, menghasilkan cahaya pada panjang gelombang yang terlihat dengan mata manusia.
“Bagian spektrum terlihat menyerupai warna lampu tungsten-halogen pada 2.900 Kelvin sementara tetap mempertahankan intesitas yang tinggi dari sinar yang melewati senyawa itu ” kata para peneliti tersebut.
“Cahaya yang dipancarkan juga sangat terarah, kualitas yang diinginkan untuk perangkat seperti mikroskop yang membutuhkan resolusi ruang yang tinggi, atau untuk aplikasi dengan hasil output yang tinggi, seperti sistem proyeksi.”
Perkembangan ini bisa membuka cara baru untuk memajukan teknologi pencahayaan, terutama karena bahan yang digunakan dalam sistem ini yang murah, mudah tersedia, dan mudah terukur.
Dr. Rosemann dan co-penulis menerbitkan temuan mereka di jurnal Science.