Beberapa Aditif Kimia yang Ada dalam Makanan Kita
Aditif kimia ditemukan dalam banyak makanan yang kita makan, terutama jika kita makan makanan kemasan atau sering mengunjungi restoran. Apa yang membuatnya seuatu itu menjadi bahan aditif? Pada dasarnya, bahan aditif adalah bahan yang telah ditambahkan ke dalam resep atau mungkin kemasan untuk memberi manfaat pada makanan. Bahan aditif ini ada yang ditambahkan secara kelihatan nyata, seperti pewarna dan perasa, serta ada bahan yang lebih halus lagi misalnya aditif yang berfungsi memengaruhi tekstur, kelembaban, atau umur simpan. Berikut adalah beberapa bahan kimia yang paling umum dalam makanan kita.Â
1. Diasetil
Beberapa zat tambahan dianggap aman atau mungkin bermanfaat. Tetapi Diasetil bukan salah satunya. Bahan ini paling sering ditemukan dalam microwave popcorn, di mana ia memberi rasa mentega. Bahan kimia ini muncul secara alami dalam produk susu, yang tidak menyebabkan bahaya, tetapi ketika diuapkan dalam microwave kita dapat menghirupnya dan mendapatkan kondisi yang dikenal secara informal sebagai “popcorn lung”. Beberapa perusahaan popcorn sedang menghilangkan bahan kimia ini, jadi kita bisa memeriksa labelnya untuk melihat apakah bahan itu bebas dari asetil.

2. Ekstrak Karmin atau Kochineal
Aditif ini juga dikenal sebagai Merah # 4. Ini digunakan untuk menambah warna merah pada makanan. Sebagai pewarna makanan merah, ini adalah salah satu pilihan yang lebih baik, karena itu alami dan tidak beracun. Aditif ini terbuat dari serangga yang dihaluskan. Meskipun kita mungkin bisa melewati faktor kotor dari serangga, beberapa orang sensitif terhadap bahan kimia. Pewarnai ni biasa ditemukan dalam minuman buah, yogurt, es krim, dan beberapa jenis strawberry dan raspberry.

3. Dimetilpolisiloksan
Dimetilpolisiloksan adalah agen anti-berbusa yang berasal dari silikon yang ditemukan dalam berbagai makanan, termasuk minyak goreng, cuka, permen karet, dan cokelat. Ini ditambahkan ke minyak untuk mencegahnya menggelegak ketika bahan beku ditambahkan, sehingga meningkatkan keamanan dan masa pakai produk. Meskipun risiko toksisitas dianggap rendah, itu bukan bahan kimia yang biasanya kita anggap sebagai “makanan”. Ini juga ditemukan di dempul dan sampoh, yang merupakan produk yang kita pasti tidak mau makan.

4. Kalium sorbat
Kalium sorbat adalah salah satu bahan tambahan makanan yang paling umum. Ini digunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur dan ragi dalam kue, jeli, yogurt, dendeng, roti, dan saus salad. Untuk sebagian besar produk, risiko apa pun dari bahan tersebut dianggap lebih rendah daripada risiko kesehatan akibat menelan jamur. Namun, beberapa perusahaan mencoba menghilangkan aditif ini dari produk mereka. Jika kita menemukan produk yang bebas dari kalium sorbat, perlindungan terbaik terhadap ragi dan jamur adalah pendinginan, meskipun mendinginkan makanan yang dipanggang dapat mengubah teksturnya.

5. Minyak sayur terbrominasi
Minyak sayur terbrominasi digunakan sebagai penyedap, untuk menjaga agar bahan-bahan tetap tersuspensi secara merata dalam cairan, dan untuk memberikan penampilan yang keruh pada beberapa minuman. Kita akan menemukannya dalam minuman ringan dan minuman berenergi, meskipun juga ditemukan dalam produk non-makanan, seperti pestisida dan pewarna rambut. Meskipun dianggap relatif aman dalam jumlah kecil, mengonsumsi banyak produk (misal, Beberapa soda sehari) dapat menyebabkan masalah kesehatan. Unsur bromin bersifat toksik dan tajam.

6. BHA dan BHT
BHA (butylated hydroxyanisole) dan BHT (butylated hydroxytoluen) adalah dua bahan kimia terkait yang digunakan untuk mengawetkan minyak dan lemak. Senyawa fenolik ini kemungkinan menyebabkan kanker, sehingga mereka telah menjadi salah satu aditif makanan yang paling dianggap berbahaya selama beberapa tahun. Mereka telah dihapus dari beberapa makanan, seperti banyak keripik kentang, tetapi umum dalam makanan yang dipanggang dan makanan beku berlemak. BHA dan BHT adalah aditif tersembunyi karena kita masih akan menemukannya dalam kemasan sereal dan permen, bahkan jika mereka tidak tercantum pada label sebagai bahan. Vitamin E digunakan sebagai pengganti yang lebih aman untuk menjaga kesegaran.
